Beranda | Artikel
Mengenal Nama Allah Al-Fattah
13 jam lalu

Ketahuilah, bahwa Al-Fattāḥ sejatinya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia adalah Zat Yang Mahaagung, Mahatinggi, dan Ia adalah Sebaik-baik Pembuka. Al-Fattāḥ adalah salah satu dari nama-Nya yang agung lagi mulia. Wajib bagi setiap muslim untuk beriman kepada Allah ‘Azza Wajalla dan beriman kepada seluruh asmaul husna. Termasuk nama-Nya yang mulia dan harus diimani ialah Al-Fattāḥ. Dengannya, seseorang bisa bertabaruk atau mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagai bentuk pengamalan dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا

Dan hanya milik Allahlah asmaul husna (nama-nama yang terindah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna.” (QS Al-A’raf: 180)

Berdoa kepada Allah Tabāraka Wata’ala dengan nama-nama-Nya yang Ia tetapkan mencakup dua hal: yaitu doa ibadah (du’aul-‘ibadah) dan doa permintaan (du’aul-mas’alah). Doa ibadah meliputi pemahaman terhadap nama-nama tersebut dan mengetahui makna yang terkandung dari nama tersebut, serta menetapkan sifat yang terkandung dalam nama tersebut. Kemudian, diwujudkan dalam bentuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Tabāraka wa Ta’ala sesuai dengan apa yang diwajibkan dan dikehendaki oleh-Nya. Inilah bentuk merealisasikan keimanan terhadap nama Allah tersebut.

Nama Allah Tabāraka Wata’ala, Al-Fattāḥ, disebutkan di dalam Al-Qur’an di dua tempat. Pertama, firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam sebuah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Syuaib ‘alaihissalam,

رَبَّنَا ٱفْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِٱلْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْفَٰتِحِينَ

Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Sebaik-baik Pemberi Keputusan.” (QS Al-A’raf: 89)

Kedua, dalam firman-Nya Tabāraka Wata’ala,

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِٱلْحَقِّ وَهُوَ ٱلْفَتَّاحُ ٱلْعَلِيمُ

Katakanlah, ‘Rabb kami akan mengumpulkan kami semua, kemudian Ia akan memberikan keputusan antara kami dengan kebenaran. Dan Ialah Yang Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.’” (QS Saba’: 26)

Nama Allah Jalla Wa’ala, Al-Fattāḥ, menunjukkan bahwa Allah Jalla Wa’ala memiliki sifat al-fatḥ, yakni pembuka atau pemberi keputusan. Dan sifat yang agung ini mencakup berbagai makna sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama dari beberapa aspek. Di antaranya:

Pertama: Allah Tabāraka Wata’ala memutuskan di antara hamba-hamba-Nya berdasarkan syariat-Nya.

Kedua: Allah Jalla Wa’ala memutuskan perkara dengan keadilan-Nya di antara hamba-hamba-Nya sesuai dengan balasannya.

Ketiga: Allah Tabāraka Wata’ala memutuskan di antara hamba-hamba-Nya berdasarkan hukum-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

مَّا يَفْتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيم

Apa yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang bisa menahannya. Dan apa yang Allah tahan, maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya setelahnya. Ialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Fatir: 2)

Kiat pertama dalam hal ini adalah siapa pun yang ingin menjadi kunci pembuka pintu kebaikan, maka ia harus beriman kepada Al-Fattāḥ, kepada Sebaik-baik Pembuka, yaitu Allah Jalla Wa’ala, dengan memohon kepada-Nya, merendahkan diri disertai ketundukan di hadapan-Nya, berharap akan rahmat dan karunia-Nya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran kepada-Nya.

Allah ‘Azza Wajalla tidak akan pernah mengecewakan seorang hamba yang senantiasa memohon kepada-Nya, dan tidak akan menolak seorang mukmin yang berharap kepada-Nya dan memohon rahmat dan karunia-Nya.

Maka, segala bentuk pembukaan maupun pemutusan perkara itu berasal dari Allah Jalla Wa’ala. Ialah yang membukakan untuk kita segala hal, baik berupa ilmu yang bermanfaat, amal saleh, dan akhlak yang mulia.

Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf,

إن هذه الأخلاق وهائب وإن الله تبارك وتعالى إذا أحب عبده وهبه إياها والله عز وجل قسم بين العباد الأخلاق ، والأرزاق والأعمال والأعمار وكل شيء منه جلّ وعلا

Sesungguhnya akhlak yang mulia adalah pemberian dari Allah. Jika Allah Tabāraka Wata’ala mencintai seorang hamba, Ia akan menganugerahkan akhlak mulia itu kepadanya. Dan Allah ‘Azza Wajalla telah membagi kepada hamba-hamba-Nya berupa akhlak, rezeki, amal, umur, dan segala hal yang berasal dari-Nya.

Sehingga, kiat yang pertama ini adalah bentuk berserah diri secara totalitas kepada Allah ‘Azza Wajalla. Dan mustahil bagi seseorang bisa memperoleh ilmu, memahaminya, mencapai akhlak yang mulia, melaksanakan ibadah, maupun meraih hal-hal yang lainnya, kecuali jika Allah telah membukakan jalan baginya.

Betapa indahnya perkataan Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhir, salah seorang ulama tabi’in rahimahullah, yang berkata dengan perkataan yang sangat menakjubkan,

لو أخرج قلبي وجُعل في يساري وجيء بالخيرات كلها وجُعلت في يميني لم أستطع أن أجعل شيئا من هذه الخيرات في قلبي إلا أن يكون الله الذي يضعها

Seandainya hatiku dikeluarkan dan diletakkan di tangan kiriku, lalu seluruh kebaikan dibawa dan diletakkan di tangan kananku, aku tidak akan mampu memasukkan satu pun dari kebaikan itu ke dalam hatiku, kecuali jika Allah yang meletakkannya.” (Hilyatul-‘Auliyā’, 2: 201 dan Siyar A’lam An-Nubala, 4: 190)

Maka, segala urusan itu semuanya ada di tangan Allah Tabāraka Wata’ala.

Oleh karena itu, terkadang ada seseorang yang mendengar nasihat-nasihat yang penuh dengan manfaat, baik untuk urusan agamanya maupun dunianya. Lalu, ia mendengar tentang pintu-pintu kebaikan, amal saleh, dan keberuntungan. Akan tetapi, justru jiwanya cenderung menolak, menjauh, menyimpang, dan tidak termotivasi untuk beramal atau bersedekah. Jadi, segala keberhasilan dan taufik hanya ada di tangan Allah Jalla Wa’ala. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya.

***

Penerjemah: Chrisna Tri Hartadi, A.Md.


Artikel asli: https://muslim.or.id/103099-mengenal-nama-allah-al-fattah.html